Category Archives: Umum

Loving Strangers; Perfection Within Imperfection

10702213_10205215243446932_9138601997030629683_n

Pertama dimuat di laman Facebook pada 14 Oktober 2014

Apakah kau merasa asing di Jakarta? Jawabannya bisa sangat tergantung pada banyak hal, entah itu apa yang sedang kau kerjakan di Jakarta ini, atau dengan kendaraan apa kau merayapi jalanan Jakarta ini, atau apa yang hendak kau cari di Jakarta ini. Oh, kau ingin bertanya kepadaku tentang hal itu? Baik, jawabanku adalah: Ya, aku merasa asing berada di Jakarta, karena aku tengah mencari cintaku di kota ini sementara aku juga tengah mencoba mengerti negeri dari jantungnya sendiri.

Dan hal itu pun menjadi pangkal tertawa kecil, geli, atau tersenyum sarkastis dari beberapa di antara kita. Well, aku pun menertawakan diri sendiri, setelah mengetahui roman picisan apa yang hendak kucari di Jakarta ini. Mencari cinta dan mencari tahu konsep negeri, di sini? Klise sungguh, seperti akrab di telinga untuk ditertawakan, tapi sejenak kembali aku dijalari perasaan asing, ketika menanyakannya kepada hati dan pikiran.

Read the rest of this entry

Berdebat dengan Kesia-siaan

10603296_10204740921149171_1910478277851728677_n

At Lushan Mountain, Jiujiang, People’s Republic of China, Summer 2012

Pertama dimuat di laman Facebook pada 19 Agustus 2014

Pernahkah kita berdebat dengan Kesia-siaan? Perdebatan yang sesungguhnya terjadi di dalam diri sendiri, di dalam kepala, yang percakapannya saling bersahutan dengan imajinasi sendiri. Ya, berdebat dengan Kesia-siaan, biasanya pertanyaan yang terlebih dahulu dilontarkan adalah; cobalah kau jelaskan, apakah guna dirimu hadir ke dunia ini?

Jika perasaan tengah melankolis disekap oleh hati yang bersedih, barangkali jawaban yang kita berikan kepada diri sendiri adalah, “Aku hadir ke dunia ini untuk memberi contoh bagaimana hidup dalam kesedihan, walau meminum air penderitaan namun aku berusaha untuk tetap hidup darinya.”

Read the rest of this entry

Yang Menunggu Kita Esok Pagi (Catatan Untuk Kelas Laskar Pelangi)

215715_10200349994498749_891104891_n

2013 New Year’s Party at Foreign Student Apartment, Jiangxi Normal University, China

Original posted at January 7, 2013 on Facebook

Hari Enam Bulan Satu Kalender Gregorian di Penghujung Tahun Naga Air Kalender China.

Asrama Dekat Jembatan Tiga Lantai Enam Kamar Arah Barat Bernomor Tiga

Enggan aku membuka selimut yang menutupi wajah untuk menyahut suara yang memanggil namaku di pintu depan flat. Enggan mataku silau, walau cahaya tak lagi terang dan lampu kamar tak kubikin benderang, tapi toh ia telah kubenamkan dalam kulum kelam kurun dua belas jam. Pasti akan kaget mataku ini, tapi suara parau setengah merdu di luar kamarku itu lebih mengganggu. “Ah, siapa itu yang berteriak-teriak di mulut pintuku memanggil-manggil. Tak biasanya penuh sungkan, toh semua orang juga sudah tahu, tak perlu berucap salam permisi untuk masuk bertamu ke sini,” batinku dalam mata yang masih terpejam.

Read the rest of this entry

HUTRI; Menimbang-Menakar Nasionalisme Diri

Bersama Bapak Awal Uzhara dan Ibu Susi di KBRI Moscow, Juni 2011

Bersama Bapak Awal Uzhara dan Ibu Susi di KBRI Moscow, Juni 2011

Sayang kepada anak maka dilecuti

Sayang kepada kampung maka ditinggalkan

Larik pertama dari pepatah Minang di atas, sering saya perdebatkan dengan Bapak ketika saya masih kecil. Karena bagi beliau pepatah itu dilaksanakan bak harfiahnya, sedangkan bagi saya itu seperti memaknai bahasa kiasan. Tapi kali ini tulisan saya bukan soal saya yang dulu pernah dilecuti lidi akibat ketahuan mandi di sungai, melainkan tentang larik kedua pepatah tersebut. Read the rest of this entry

Kemenangan; Kembali Fitri Dalam Demokrasi Beragama

image

sumber foto : nasional.news.viva.co.id

Dendang senandung shalawat yang dilafazkan oleh dua orang yang menepak-nepuk dulang terdengar sayup-sayup dari mushala kecil dari kayu itu. Semacam pertunjukkan religius mendendangkan shalawat diiringi irama tepukan tangan di atas dulang. Semacam nampan dari logam yang biasanya digunakan untuk alas sajian makanan, berdiameter kira-kira setengah meter. Shalawat dulang umumnya juga banyak ditemukan di acara-acara tradisional Minangkabau, hanya saja tidak semua orang mampu mengikuti perkataan shalawat yang dilantunkan jika hanya didengarkan sepintas lalu. Selain disenandungkan dengan irama tertentu dalam bahasa Minang, bahasa yang digunakan juga bukan bahasa Minang untuk percakapan biasa.

Read the rest of this entry