Monthly Archives: August 2013
HUTRI; Menimbang-Menakar Nasionalisme Diri
Sayang kepada anak maka dilecuti
Sayang kepada kampung maka ditinggalkan
Larik pertama dari pepatah Minang di atas, sering saya perdebatkan dengan Bapak ketika saya masih kecil. Karena bagi beliau pepatah itu dilaksanakan bak harfiahnya, sedangkan bagi saya itu seperti memaknai bahasa kiasan. Tapi kali ini tulisan saya bukan soal saya yang dulu pernah dilecuti lidi akibat ketahuan mandi di sungai, melainkan tentang larik kedua pepatah tersebut. Read the rest of this entry
Kemenangan; Kembali Fitri Dalam Demokrasi Beragama
sumber foto : nasional.news.viva.co.id
Dendang senandung shalawat yang dilafazkan oleh dua orang yang menepak-nepuk dulang terdengar sayup-sayup dari mushala kecil dari kayu itu. Semacam pertunjukkan religius mendendangkan shalawat diiringi irama tepukan tangan di atas dulang. Semacam nampan dari logam yang biasanya digunakan untuk alas sajian makanan, berdiameter kira-kira setengah meter. Shalawat dulang umumnya juga banyak ditemukan di acara-acara tradisional Minangkabau, hanya saja tidak semua orang mampu mengikuti perkataan shalawat yang dilantunkan jika hanya didengarkan sepintas lalu. Selain disenandungkan dengan irama tertentu dalam bahasa Minang, bahasa yang digunakan juga bukan bahasa Minang untuk percakapan biasa.